BANDUNG, koran5news.com---Perhelatan Asian African Carnival (AAC) 2017 berlangsung meriah.
Tahun ini, puluhan delegasi dari keraton-keraton se-Nusantara hadir
menyemarakkan acara yang digelar ketigakalinya itu. Sabtu (13/5/2017),
para sultan/raja se-Nusantara menjadi saksi peringatan 62 tahun
Konferensi Asia Afrika.
Setiap
sultan yang hadir membawa satu kontingen perwakilan kerajaan. Kerajaan
Gowa, misalnya, membawa serta pasukan angkatan darat dan angkatan laut
kerajaannya. Hal itu menunjukkan bahwa sejak dahulu, Gowa telah menjadi
kerajaan maritim yang tangguh.
Demikian
pula dengan Kerajaan Adat Pak Sipak Kepaksian Pernong Lampung yang juga
membawa pasukan pengamanan raja. Pasukan tersebut terdiri dari
seratusan pendekar yang telah turun-temurun mengabdi kepada raja.
Lain
halnya dengan kontingen dari Sleman, Yogyakarta, dan Surakarta yang
lebih mempertunjukkan produk budaya. Dari Sleman, kontingen menampilkan
kostum wayang kulit raksasa lengkap dengan seperangkat gamelan yang
dibawa menggunakan rak beroda yang dimodifikasi. Sementara Yogyakarta
dan Surakarta memperlihatkan pakaian khas daerah.
Kontingen
yang unik adalah dari Kerajaan Bau Bau yang menampilkan kostum parade
raksasa yang rumit dan kreatif. Selain oleh orang dewasa, kostum juga
dibawakan oleh remaja dan anak-anak.
Tak
ketinggalan, ada pula perwakilan dari mancanegara. India tampil
membawakan musik dan tarian khas India yang dinamis dan
menghentak-hentak. Warga pun ikut menari bersama mereka. Korea Selatan
juga menampilkan musik dan pakaian tradisional.
Selain
itu, kontingen ekspatriat dari mancanegara juga turut berpartisipasi,
seperti dari Inggris, Mesir, Mexico, Afrika Jepang, Tiongkok, dan masih
banyak lagi. Siang hari itu, warga Bandung disuguhi dengan nuansa
Nusantara dan mancanegara yang kental.
Wali
Kota Bandung M. Ridwan Kamil yang hadir membuka acara mengatakan bahwa
perhelatan hari ini merupakan peringatan atas 62 tahun inspirasi yang
dicetuskan melalui Konferensi Asia Afrika. Inspirasi tersebut lantas
membawa ratusan negara menuju kemerdekaan dari kolonialisme.
"Konferensi
Asia Afrika membawa semangat anti penjajahan, membawa semangat anti
kolonialisme. Di Gedung Merdeka lahirlah semangat melawan penjajahan,"
katanya.
Melalui acara itu, Ridwan
juga ingin menunjukkan keberagaman bangsa Indonesia dengan hadirnya
para sultan/raja dari keraton-keraton se-Nusantara.
"Dari
Kota Bandung kita sampaikan pesan semangat kebangkitan dan persatuan
Indonesia. Kita sampaikan pesan kebangkitan keraton-keraton Nusantara
untuk menjadi tempat yang terhormat di republik ini," tandasnya. (Red)